Beranda history History, Education & Tour: Sifat Dasar Teori Ilmiah (Kesatuan Ilmu-Metodologis-Struktural, Ciri Teori Ilmiah, Postulat Dan Term Primitif)

Selasa, 30 Juni 2015

Sifat Dasar Teori Ilmiah (Kesatuan Ilmu-Metodologis-Struktural, Ciri Teori Ilmiah, Postulat Dan Term Primitif)



BAB I
PENDAHULUAN
Fenomena perkembangan abad mutakhir menghendaki adanya suatu sistem pengetahuan yang komprehensif. Dengan demikian berdampak pada ilmu pengetahuan yang berkembang terus menerus tanpa berhenti seiring dengan perkembangan pengetahuan manusia. Perkembangan pengetahuan manusia tentang kehidupan, alam semesta, dan hal-hal yang bersifat abstrak merupakan tantangan dan tujuan dari pencarian kebenaran sejati.
Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan manusia yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengatahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan komunikasi, dan kesadaran akan ekologi lingkungan dengan tujuan menjadikan manusia tidak hanya berintelektual tingggi, tetapi juga memilki akhlak mulia.
Hal-hal demikian, menjadikan seseorang untuk berpikir secara mendalam, merenung, menganalisis dan menguji coba, serta merumuskan sesuatu kesimpulan yang dianggap benar sehingga dengan melakukan kegiatan tersebut dengan tidak sadar sudah melakukan kegiatan berfilsafat. Maka dari itu, ilmu lahir dari filsafat atau dapat dikatakan filsafat merupakan induk dari sebuah ilmu. Oleh karena itu, filsafat mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan ilmu. Adapun pengertian dari filsafat dapat dilihat dari segi etimologis dan terminologi, serta filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat sebagai ilmu. Filsafat merupakan sesuatu yang digunakan untuk mengkaji hal-hal yang ingin dicari kebenaranya dengan menerapkan metode-metode filsafat.


BAB II
PEMBAHASAN
Sifat Dasar Teori Ilmiah (Kesatuan Ilmu-Metodologis-Struktural, Ciri Teori Ilmiah, Postulat Dan Term Primitif)
A.  Definisi Teori Ilmiah
     Teori
Menurut Babbie (2006:37) bahwa teori ialah suatu penjelasan yang sistematis untuk mengobservasi fakta-fakta dan hukum-hukum yang berkait dengan aspek tertentu dari kehidupan.Suriasumantri (2010:143) mengatakan bahwa teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan.
Teori merupakan slah satu konsep dasar penelitian sosial. Teori adalah seperangkat konsep, defenisi dan proposisi yang berusaha menjelaskan hubungan sistematis suatu fenomena, dengan cara memerinci hubungan sebab-akibat yang terjadi.
Erwan dan Dyah dalam bukunya mengatakan bahwa teori adalah serangkaian konsep yang memiliki hubungan sistematis untuk menjelaskan suatu fenomena sosial tertentu dan merupakan salah satu hal yang paling fundamental yang harus dipahami seorang peneliti ketika ia melakukan suatu penelitian. Secara umum istilah teori dalam ilmu sosial mengandung beberapa pengertian yaitu:
a.    Teori adalah abstraksi dari realitas.
b.    Teori terdiri dari sekumpulan prinsip-prinsip dan definisi-definisi yang secara konseptual mengorganisasikan aspek-aspek dunia empiris secara sistematis.
c.    Teori terdiri dari teorema-teorema yakni generalisasi yang diterima/terbukti secara empiris.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa teori pada dasarnya merupakan konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tentang suatu fenomena.
Ciri-Ciri Teori
Narbuko dan Achmadi (2002:28) berpendapat sebagai berikut.
a)    Hubungan dengan data, teori dibangun dengan data yang tersusun dalam satu sistem pemikiran yang sistematik. Karena itu, maka pengumpulan data dilakukan hanya sesudah segala sesuatupun mengenai masalah penelitian telah selesai direncanakan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa teori tidak tepat disamakan dengan  pengertian  “metafisik yang tidak praktis”. Justru segala tindakan praktis di dalam kehidupan didasarkan atas satu sudut pandangan dan teori tertentu. Misalnya, tindakan pedagogik tertentu bagi seorang guru didasarkan atas dasar teori perubahan tingkah laku. Juga segala tindakan praktis pemerintah di bidang moneter didasarkan atas teori kenegaraan. Walaupun mungkin teori itu berubah-ubah dari pemerintah satu dengan yang lain.
b)   Hubungan dengan hipotesis penelitian, sebuah teori adalah perumusan sementara tentang suatu kemungkinan dalil. Teori sebagai titik permulaan di dalam arti bahwa dari situlah bersumbernya hipotesis yang akan dibuktikan. Adapun secara etimologi (asal-usul kata), hipotesis berasal dari kata “hipo” yang artinya kurang atau lemah sedangkan “tesis” atau “thesis” yang berarti teori, proposisi, atau pernyataan yang disajikan sebagai bukti. Jadi, hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kenyataannyanya. Jika suatu hipotesis telah terbukti kebenarannya, ia akan berubah namanya yang disebut tesis, jadi merupakan teori.
Utama (2013:9), berpendapat bahwa teori mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut.
1)   Harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontraksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan.
2)   Harus cocok dengan fakta-fakta empiris, sebab teori yang bagaimanapun konsistennya apabila tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.
Ada empat cara teori dibangun menurut Melvin Marx:
(1) Model Based Theory
Berdasarkan teori pertama teori berkembang adanya jaringan konseptual yang kemudian diuji secara empiris. Validitas substansi terletak pada tahap-tahap awal dalam pengujian model, yaitu apakah model bekerja sesuai dengan kebutuhan peneliti.
(2) Teori Deduktif
Teori kedua mengatakan suatu teori dikembangkan melalui proses deduksi. Deduksi merupakan bentuk inferensi yang menurunkansebuah kesimpulan yang didapatkan melalui penggunaan logikapikiran dengan disertai premis-premis sebagai bukti. Teori deduktif merupakan suatu teori yang menekankan pada struktur konseptualdan validitas substansialnya. Teori ini juga berfokus padapembangunan konsep sebelum pengujian empiris.
(3) Teori Induktif
Teori ketiga menekankan pada pendekatan empiris untuk mendapatkan generalisasi. Penarikan kesimpulan didasarkan pada observasi realitas yang berulang-ulang dan mengembangkan pernyataan-pernyataan yang berfungsi untuk menerangkan serta menjelaskan keberadaan pernyataan-pernyataan tersebut.
(4)Teori Fungsional
Teori keempat mengatakan suatu teori dikembangkan melalui interaksi yang berkelanjutan antara proses konseptualisasi dan pengujian empiris yang mengikutinya. Perbedaan utama dengan teori deduktif terletak pada proses terjadinya konseptualisasi pada awal pengembangan teori. Pada teori deduktif rancangan hubungan konspetualnya diformulasikan dan pengujian dilakukan pada tahap akhir pengembangan teori.
Definisi Ilmiah
Kata ilmiah itu berasal dari kata “ilmu” sehingga demikian kata ilmiah dimaknai sesuatu yang sesuai dengan metode dan prinsip keilmuan.
Jadi, Teori ilmiah adalah seperangkat pernyataan dan definisi dari sistem klasifikasi yang disusun secara sistematis. Teori ilmiah merupakan sebuah kumpulan pernyataan yang saling berhubungan dan didukung dengan baik yang menjelaskan berbagai pengamatan dan dapat digunakan untuk membuat prediksi yang dapat diuji. Teori ilmiah merupakan sebuah kumpulan pernyataan yang saling berhubungan dan didukung dengan baik, yang menjelaskan berbagai pengamatan dan dapat digunakan untuk membuat prediksi yang dapat diuji.
B.  Dasar Teori Ilmiah
Dasar teori ilmiah terdiri atas:
1) Teori ilmiah bukan suatu kesatuan doktrin
2) Kesatuan ilmu metodologis dan structural
C.  Struktur Teori Ilmiah
Sturuktur teori ilmiah terdiri atas:
1)   Teori ilmiah harus mampu menjelaskan fakta-fakta yang diamati sebagai konsekuensinya secara logis sudah semestinya.
2)   Teori ilmiah harus sesuai dengan teori-teori lain.
3)   Teori-teori ilmiah harus bebas dari hipotesis-hipotesis khusus.
4)   Teori ilmiah harus mampu memilih satu dari teori-teori yang ekuivalen satu sama lainnya.
5)   Teori ilmiah harus mampu memilih suatu pengujian yang menentukan.

D.  Ciri Teori Ilmiah
Karl Popper mendeskripsikan ciri-ciri teori ilmiah sebagai berikut:
a)    Mudah mendapatkan penegasan, atau pembuktian, untuk hampir semua teorijika kita mencari pembuktian.
b)   Penegasan harus berlaku hanya jika itu merupakan hasil dari prediksi yang beresiko
c)    Setiap teori ilmiah yang bagus itu larangan. Teori ini melarang hal-hal tertentu terjadi.Semakin banyak teori itu melarang semakin baik.
d)   Teori yang tidak dapat disangkal oleh peristiwa yang mungkin terjadi bukanlah teori ilmiah.
e)    Setiap test sejati dari suatu teori merupakan upaya untuk memalsukanya , atau menyankalnya
f)    Menegaskan bukti tidak harus berlaku kecuali ini merupakan hasil test asli teori tersebut; danhal itu berarti bahwa teori bisa dikemukan sebagai upaya serius tapi tidak berhasil menyangkalteori itu.
g)   Beberapa teori yang dapat diuji dengan test asli, ketika ditemukan salah, masih dijunjung tinggi oleh pengagumnya. mungkin dengan memberikan asumsi tertentu untuk mendukungnya, atau dengan menafsirkan ulang teori tersebut sedemikian rupa sehingga terhindar dari sangkalan.Tindakan menyelamatkan teori dari sangkalan semacam ini saya deskripsikan conventionalist twist  (plintiran konvensionalist) atau conventionalist stratagem
Menurut Kitcher teori ilmiah yang baik harus memiliki tiga ciri:
1.    Kesatuan: suatu ilmu harus disatukan, teori yang bagus terdiri dari satu strategi pemecahan masalah, atau sekelompok kecil strategi pemecahan masalah,yang dapat diterapkan padamasalah yang luas.
2.    Produktif: Suatu teori ilmiah yang hebat, suatu teori memperkenalkan cara baru memandang dunia, teori bisa mendorong kita untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan baru dan sehingga membuka penelitan baru yang berguna. Ilmu yang berkembang tidak pernah komplet. Tapi ketidak lengkapan ini bukan hal yang buruk. Sebaliknya ketidak lengkapan ini merupakan pokok dari produktivitas. Sebuah teori harus produktif; teori selalu memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru danmengharuskan pertanyaan itu bisa dijawab dengan strategi pemecahan masalahnya.
3.    Hipotesa bantuan yang dapat diuji secara mandiri: Sebuah hipotesa tambahan harus bisa diujisecara independen terhadap masalah tertentu yang hrus dipecahkannya. Seperti definisi teori yang lain, termasuk teori Popper, Kitcher menjelaskan bahwa suatu teori ilmiah terdapat pernyataan-pernyataan yang memiliki konsekwensi penelitian. Tapi seperti ketidak teraturan penelitian di orbit Uranus, penolakan merupakan satu-satunya konsekwensi yang mungkin terhadap penelitian. Terciptanya hipotesa baru juga merupakan konsekwensi lain.

E.  Postulat
1.    Definisi Postulat
Menurut Narbuko dan Achmadi (2002:23), bahwa “Kalau kita menyatakan: “Manusia adalah makhluk sosial” atau “Manusia itu dilahirkan dalam keadaan tak berdaya”, kedua pernyataan itu dapat kita sebut postulat. Pernyataan: “Manusia adalah makhluk sosial” dapat digunakan sebagai landasan pikiran yang pasti untuk mengembangkan teori-teori dalam ilmu-ilmu sosial dan penelitian-penelitian ilmiah”.
Selanjutnya, Gade (2005:131) mengatakan bahwa postulat adalah asumsi yang menjadi pangkal dalil yang dianggap benar tanpa perlu membuktikannya, merupakan suatu anggapan dasar, atau pun suatu patokan duga. Tim UPI (2005:88) mrngungkapkan bahwa postulat adalah suatu proposisi yang diterima dibagai kebenaran.
Harahap (2002:20), pengertian postulat adalah pernyataan yang dapat membuktikan sendiri kebenarannya atau disebut juga aksioma yang sudah diterima karena kesesuaiannya dengan tujuan. Kemudian, pendapat Suriasumantri (2010:155) “Postulat merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya. Kebenaran ilmiah pada hakikatnya harus disahkan lewat sebuah proses yang disebut metode keilmuan”.
2.    Ciri-Ciri Postulat
Suriasumanti (2010:155) berpendapat bahwa “Postulat adalah ibarat titik dalam lingkaran yang eksistensinya kita tetapkan secara sembarang. Namun, mesti terdapat alasan yang kuat dalam menetapkan sebuah postulat sukar sampai diterima secara universal. Umpamanya masalah yang sangat sederhana: Apakah sebenarnya tujuan pendidikan?”
3.    Prinsip-Prinsip Postulat
Adapun prinsip postulat menurut Salam (2003:35) memiliki delapan prinsip, yaitu sebagai berikut.
a.    Prinsip kausalitas, merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap kejadian mempunyai sebab, oleh karena itu dalam keadaan yang sama, sebab yang sama, selalu menghasilkan akibat yang sama.
b.    Prinsip ramalan yang sama, menyatakan bahwa sekumpulan kejadian akan menunjukkan sejumlah hubungan atau antarhubungan di masa depan sebagaimana telah ditunjukkan pada masa yang lampau atau sebagaimana ditunjukkan dewasa ini.
c.    Prinsip objektif, menuntut si penyelidik untuk tidak berbuat berat sebelah sehubungan dengan data yang ia hadapi. Faktanya harus dapat dicoba sedemikian rupa dalam cara-cara yang sama oleh semua orang yang bukan peneliti. Maksudnya ialah menghilangkan semua subjektivitas dan unsur pribadi sejauh mungkin dan sedapat mungkin untuk memusatkan perhatian terhadap objek penelitian tersebut.
d.   Prinsip empirisme, memungkinkan bagi peneliti untuk mengasumsi bahwa rasa impresinya itu benar, dan tes kebenaran merupakan suatu tuntutan ke arah fakta yang telah teruji. Mengetahui, adalah akibat daripada observasi, pengalaman dan percobaan sebagai lawan terhadap kekuasaan, intuisi atau akal belaka.
e.    Prinsip parsimony (penghematan), menyarankan bahwa untuk hal-hal yang sama, seseorang akan membuat penjelasan yang sederhana sebagai suatu pernyataan yang sah. Prinsipnya adalah sebuah pengecekan terhadap hal-hal pelik yang tak berguna, untuk mencegah penggunaan penjelasan-penjelasan yang sangat rumit. Biasanya disebut “Pisau Occam” sejak William Occam, seorang filosof Inggris pada abad ke-14 menyatakan, “kesatuan itu jangan di perbanyak di luar kebutuhannya.
f.     Prinsip isolasi atau pengasingan, meminta agar fenomena yang akan diselidiki itu harus dipisahkan sehingga dapat diteliti tersendiri.
g.    Prinsip kontrol (pengawasan), mengutamakan pentingnya pengawasan terutama pada taraf eksperimen, jika tidak, banyak unsur-unsur yang akan menyimpang dalam waktu yang sama, di mana eksperimen itu tidak dapat diulang dengan cara yang sama. Seandainya berubah sementara eksperimen itu sedang dilangsungkan, hasilnya pun mungkin akan tidak sempurna.
h.    Prinsip pengukuran yang tepat, menuntut supaya hasil-hasilnya nanti dapat dinyatakan dalam bentuk kuantitatif atau dalam istilah-istilah matematis. Hal ini terutama menjadi tujuan akhir dari penelitian ilmu alam.
4.    Tujuan Postulat
Narbuko dan Achmadi (2002:23), mengungkapkan bahwa postulat berpengaruh terhadap tingkat validitas dan reliabilitas teori-teori dan penelitian ilmiah yang dikembangkan kemudian. Pengembangan pernyataan tersebut misalnya pernyataan bahwa “sebagai makhluk sosial, manusia ingin bergaul dengan manusia lain” dan dari “Pergaulan itu akan dapat menimbulkan pengaruh pendidikan”. Pernyataan-pernyataan terakhir itu akan dapat berkembang menjadi teori dan bahkan dapat disebut teori, dan karenanya akan dapat mengembangkan penelitian ilmiah.
Yang dimaksud dengan tingkat validitas ialah tingkat kejituan atau ketepatan landasan pikirannya, sedang yang dimaksud tingkat reliabilitas ialah tingkat keajengan landasan pikiran itu apabila diterapkan dengan kondisi yang sama dalam beberapa waktu dan keadaan. Kalau terdapat penyimpangan akan sangat sedikit sekali, bahkan tidak tampak/ tidak berarti. Karenanya semua pengetahuan ilmiah mesti akan dituntut tingkat validitas dan reliabilitasnya.
5.    Unsur-Unsur Postulat
Pendapat Narbuko dan Achmadi (2002:23) bahwa postulat tentang alam semesta diklasifikasikan menjadi lima unsur postulat pokok, yaitu: postulat jenis, keajengan, sebab akibat, keterbatasan sebab akibat, dan variabelitas gejala, sedangkan postulat pokok tentang kemampuan manusia diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: postulat tentang realibilitas pengamatan, ingatan, dan pemikiran.

a) Postulat-Postulat tentang Alam Semesta
1)   Postulat Jenis
Postulat ini menentukan bahwa gejala yang ada di alam ini mempunyai kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Adanya perbedaan-perbedaan akan menentukan aneka ragam jenis dan kesamaan-kesamaan gejala akan mewujudkan rumpun sejenis, air dan minyak berbeda tetapi sejenis, begitu pula batu dan besi berbeda tetapi sejenis. Apakah hewan dan manusia juga berbeda tetapi sejenis? Kiranya juga begitu, sebab manusia adalah “animal rasional”. Postulat ini memiliki 3 fungsi, yaitu: (a) meringkaskan gejala-gejala, (b) memudahkan mencari jenis suatu gejala, (c) memudahkan komunikasi baik oleh sesama ilmuwan maupun dengan masyarakat.
2)   Postulat Keajengan
Postulat itu menganggap bahwa gejala-gejala alam mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan sifat-sifat hakikat dalam keadaan dan waktu tertentu. Baik gejala-gejala alam maupun sosial memiliki sifat tidak mutlak, artinya dapat berubah-ubah. Hanya perubahan kemutlakan gejala-gejala alam relatif lebih kecil daripada gejala-gejala sosial. Kalau air dipanaskan sampai derajat tertentu mendidih kemudian menguap dan kalau uap air didinginkan sampai derajat tertentu mengembun kemudianb membeku, dan kalau terjadi kontak antara manusia dengan manusia mungkin akan terjadi komunikasi dan interaksi, jelaslah bahwa contoh-contoh tersebut menunjukkan adanya perubahan entah cepat atau lambat.
3)   Postulat Sebab Akibat
Postulat ini menganggap bahwa semua kejadian dalam alam semesta ini terikat pada hubungan antara sebab dan akibat. Kalau suatu benda jatuh, ini disebabkan oleh gravitasi bumi, dan kalau seseorang mengantuk, mungkin saja disebabkan oleh terlalu makan, karena suatu penyakit, atau terlalu banyak bergadang.
4)   Postulat Keterbatasan Sebab Akibat
Ternyata tidak semua sebab menimbulkan semua akibat. Inilah yang dimaksud dengan keterbatasan. Belum tentu semua orang yang mengantuk disebabkan oleh kurang istirahat. Dan sebaliknya belum tentu semua orang yang kurang istirahat lalu menjadi ngantuk. Sebab membatasi akibat dan bisa juga akibat membatasi sebab.
5)   Postulat Variabelitas Gejala Alam
Apabila kita mencampur 1 sendok pewarna merah dengan 1 liter air jernih dan dengan 5 liter air jernih jelas akan kita lihat variabel warna merah yang berbeda. Begitu pula kita akan melihat variabel tingkah laku yang berbeda, bila kita tersenyum kepada orang debil dibanding dengan atau kepada gadis cantik atau pemuda gagah.
Dalam kondisi-kondisi dan dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang sempurna sering dapat ditimbulkan gejala yang sama untuk gejala alam, tetapi hal ini sangat sukar sekali diwujudkan dalam gejala-gejala sosial. Oleh karena itu, postulat ini harus dipertimbangkan benar-benar apabila kita mengadakan eksperimen.

b) Postulat-Postulat tentang Kemampuan Manusia
1)    Postulat Reliabilitas Pengamatan
Pengamatan peneliti dalam aktivitasnya tidaklah selamanya tetap dan bahkan mungkin suatu ketika salah dalam pengamatannya yang secara terus-menerus dan teliti terhadap suatu proses atau gejala di manapun ia mengadakan penelitian. Hal itu biasanya disebabkan oleh faktor-faktor: kelelahan, keinginan, harapan, atau motivasi dari aktivitas itu. Ini mengisyaratkan apabila peneliti lelah, harapannya tidak terwujud, keinginannya tidak terpenuhi dan motivasinya rendah, besar sekali kemungkinannya akan salah pengamatannya.
Untuk mengurangi kesalahan perlu adanya koreksi terhadap hasil pengamatannya dengan cara: (1) pengamatan ulang, (2) menambah banyak kasus yang diamati, (3) membandingkan dengan hasil pengamatan orang lain, (4) menggunakan ukuran-ukuran yang mantap, dan tepercaya dan memadai, (5) menggunakan simbol-simbol, dan (6) berbuat objektif.
2)      Postulat Reliabilitas Ingatan
Seperti halnya dengan pengamatan, karena keterbatasan ingat seseorang maupun peneliti, dan karenanya berpengaruh terhadap cara mengungkap atau mereproduksi kembali apa saja yang ia hayati. Pada umumnya orang mudah mengingat hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang mengesankan. Ini meliputi: apa yang ia senangi, apa  yang ia benci, apa yang ia kagumi, apa yang mencemaskan, dan lain-lain.
Untuk mengurangi kesalahan dan untuk memudahkan mengingat, orang atau peneliti suka membuat “memory” misalnya: dokumen, simbol, folio rekaman, dan lain-lain.
3)      Postulat Reliabilitas Pemikiran
Di dalam hal reasoning inipun seseorang atau peneliti tidak luput dari kesalahan. Pemikiran seseorang kadang-kadang berubah-ubah terpengaruh oleh keadaan, tempat, dan waktu. Suatu ketika orang mengikuti logika, suatu ketika mengikuti perasaan (hati).
Kita harus mengingat bahwa yang benar itu logis tapi harus diingat bahwa yang kogis itu tidak selamanya selalu benar. Kesalahan bisa dituntutkan karena tidak digunakan logika formal dalam orientasi berpikirnya. Sebagai ilustrasi, misalnya: “Sukarno M. Nur artis kehidupan materialnya melimpah” dan “Hetty Kus Endang artis kehidupan materialnya melimpah”. Jadi, semua arti kehidupan materialnya melimpah. Sepintas lalu generasi itu tampaknya benar. Tetapi benarkah semua artis begitu kehidupannya? Sebab ternyata banyak sekali artis yang kehidupan materialnya pas-pasan. Jadi, generasi itu salah.
6.    Kelebihan-Kelebihan Postulat
                   Menurut Suriasumantri, “Postulat dalam pengajuannya tidak memerlukan bukti tentang kebenarannya (2010:157)”.
BAB III
PENUTUP
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya. Ciri-ciri keilmuan ini didasarkan pada jawaban yang diberikan ilmu terhadap ketiga pertanyaan pokok, yaitu: Apakah yang ingin kita ketahui? Bagaimanakah cara kita memperoleh pengetahuan? Dan apakah nilai pengetahui tersebut bagi kita? Dan, apakah nilai pengetahuan tersebut bagi kita? Filsafah mempelajari masalah ini sedalam-dalamnya dan hasil pengkajiannya merupakan dasar bagi eksistensi ilmu.
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu. Atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang ”ada”. Kemudian bagaimana cara kita mendapatkan pengetahuan mengenai objek tersebut? Untuk menjawab pertanyaan itu maka kita berpaling kepada epistemologi: yakni teori pengetahuan. Akhirnya dalam menjawab pertanyaan ketiga tentang nilai kegunaan nilai pengetahuan tersebut maka kita berpaling kepada aksiologi: yakni teori tentang nilai. Setiap bentuk buah pemikiran manusia dapat dikembalikan pada dasar-dasar ontologi, epistemologi, dan aksiologi dari pemikiran yang bersangkutan. Analisis kefilsafatan ditinjau dari tiga landasan ini akan membawa kita kepada hakikat buah pemikiran tersebut. Demikian juga kita akan mempelajari ilmu ditinjau dari titik tolak yang sama untuk mendapatkan gambaran yang sedalam-dalamnya.
Metodologi penelitian ilmiah megenal istilah-istilah postulat, asumsi, prinsip, dan teori. Istilah-istilah tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan sebagai ciri khasnya. Kita tidak terlepas dengan istilah tersebut ketika akan melakukan penelitian ilmiah. Untuk itu, maka kita mesti mengetahui perbedaan-perbedaannya agar kita dapat menempatkannya secara benar pada karya ilmiah kita nantinya.

DAFTAR PUSTAKA
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Purwo, Husodo. 2014. Pengantar Filsafat, Ilmu dan Logika. Yogyakarta: Familia
Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: PT Bumi Aksara.








1 komentar:

  1. The gambling problem with a casino? - DrmCD
    the gambling problem with a casino? I 세종특별자치 출장마사지 want to help you 서산 출장샵 solve this problem through a legal system, a fair way, 경산 출장안마 and 용인 출장마사지 the most 익산 출장안마

    BalasHapus