BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang dibentuknya VOC
Keinginan Belanda untuk melakukan monopoli dibidang
perdagangan dikawasan Nusantara, ternyata tidak hanya merupakan keinginan
Belanda sendiri, tetapi juga negara lainnya, seperti Inggris. Bahkan Inggris telah
mendahului langkah VOC dengan membentuk sebuah perserikatan dagang untuk
kawasan Asia di tahun 1600 yang diberi nama EIC (East India Company), yang mana
telah menimbulkan kekawatiran dikalangan para pedagang Belanda sehingga
persaingan yang tadinya ada diantara mereka sendiri berubah menjadi kesepakatan
untuk membentuk sebuah badan dagang guna membendung EIC.
Untuk menghilangkan persaingan antar pedagang Belanda
dan untuk mengahadapi persaingan dagang dengan bangsa Eropa lainya, maka pada
tanggal 20 Maret 1602, atas prakarsa Pangeran Maurits dan Olden Barneveld
didirikan kongsi perdagangan bernama Verenigde Oost-Indische Compagnie-VOC
(Perkumpulan Dagang India Timur). Pengurus pusat VOC terdiri dari 17 orang.
Pada tahun 1602 VOC membuka kantor pertamanya di Banten yang di kepalai oleh
Francois Wittert.
1.2. Rumusan Permasalahan
a.
Bagaimana kedatangan Belanda?
b.
Bagaimana pembentukan kongsi dagang Belanda?
c.
Bagaimana sepak terjang VOC di Indonesia?
d.
Bagaimana politik ekonomi VOC?
e.
Bagaimana sistem birokrasi VOC?
f.
Bagaimana sebab jatuhnya VOC ?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1. Kedatangan Belanda
Pada 1596,
ekspedisi Belanda mendarat di pelabuhan Banten. Rombongan pertama Belanda tidak
membuahkan hasil yang diharapkan. Houtman dan anak buahnya diusir penduduk
setempat karena sikap mereka yang kasar dan sombong. Ekspedisi ini pulang
dengan tangan hampa. Namun meraka telah membawa rute bagi perjalanan
berikutnya. Ekspedisi kedua Belanda di bawah pimpinan Jacob van Neck berhasil
mendarat di Banten pada 1598. Berbekal pengalaman sebelumnya, kedatangan mereka
diiringi sikap yang baik sehingga mereka diterima penduduk setempat, apalagi
saat itu penduduk Banten sedang berseteru dengan Portugal. Situasi ini menjadi
peluang bagi Belanda untuk membina kerjasama di bidang perdagangan. Setelah
mendapatkan apa yang mereka mau dan keuntungan yang banyak, ekspedisi ini
kembali ke negeri Belanda dengan muatan kapal yang penuh rempah-rempah.
Keberhasilan ekspedisi kedua ini telah mendorong banyak pedagang Belanda untuk
kembali ke nusantara.
2.2. Pembentukan Kongsi Dagang Belanda
Dengan
semakin banyaknya pedagang-pedagang Belanda yang mendatangi kepulauan
Nusantara, maka hal ini mengakibatkan timbulnya rasa persaingan di antara
sesama pedagang Belanda yang justru memperlemah kedudukan pedagang Belanda di
nusantara. Apalagi mengingat Inggris dan Perancis yang telah memikili
perkumpulan pedagang atau kongsi dagang yang sudah terbentuk dengan kuat. Atas
dasar itulah, Johan van Oldenbarnevelt, kemudian mengusulkan agar masyarakat
Belanda membuat kongsi dagang seperti kongsi dagang milik Inggris dan Perancis.
Pada 20 Maret 1602, Perseroan – perseroan yang saling bersaing bergabung membentuk perserikatan Maskapai Hindia Timur, bernama Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Kepentingan yang bersaing itu diwakili oleh sistem majelis (kamer) untuk enam wilayah di Belanda. Setiap majelis mempunyai sejumlah direktur yang telah disetujui yang berjumlah tujuh belas orang yang disebut sebagai Heeren XVII (tuan-tuan tujuh belas).
Pada 20 Maret 1602, Perseroan – perseroan yang saling bersaing bergabung membentuk perserikatan Maskapai Hindia Timur, bernama Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Kepentingan yang bersaing itu diwakili oleh sistem majelis (kamer) untuk enam wilayah di Belanda. Setiap majelis mempunyai sejumlah direktur yang telah disetujui yang berjumlah tujuh belas orang yang disebut sebagai Heeren XVII (tuan-tuan tujuh belas).
Tujuan
didirikannya VOC yaitu:
a.
Menghilangkan persaingan yang merugikan para pedagang
Belanda.
b.
Menyatukan tenaga untuk menghadapi persaingan dari
Portugal dan pedagang-pedagang nusantara.
c.
Mencari keuntungan yang sebesar-besarnya untuk menghadapi
perang melawan Spanyol
VOC
merupakan perhimpunan dagang di kalangan swasta Belanda. Kongsi dagang ini
merasa berkewajiban membantu pemerintah Belanda dalam mendapatkan dana.
Sebaliknya, pemerintah Belanda memandang perlu untuk memberikan sejumlah
kewenangan kepada VOC yang kemudian disebut hak oktroi (hak paten).
a.
Hak-hak VOC yang diberikan pemerintah Belanda adalah
sebagai berikut:
b.
Hak memonopoli perdagangan.
c.
Hak memiliki angkatan perang, berperang, mendirikan benteng-benteng
dan menjajah.
d.
Hak mengadakan perjanjian dengan raja atau penguasa
setempat atas nama pemerintah Belanda.
e.
Hak mencetak dan mengedarkan uang.
f.
Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai.
g.
Hak menjalankan kekuasaan kehakiman.
h.
Hak mengadakan pemerintahan sendiri.
i.
Hak melakukan pungutan pajak.
j.
Menjadi wakil pemerintah Belanda di Asia.
Dengan
hal-hak istimewa tersebut, VOC bukan saja sebagai kongsi dagang, tetapi juga
merupakan pemerintah semi resmi. Pada tahun 1605, VOC dibawah pimpinan Steven
van der Haagen berhasil merebut benteng portugis di Ambon. Untuk memperkuat
kedudukannya maka VOC mengangkat seorang pimpinan yang berpangkat Gubernur
Jendral.
2.3. Sepak Terjang VOC di Indonesia
Gubernur
jendral VOC pertama di Indonesia adalah Pieter Both. Ia menentukan pusat
kedudukan VOC di Ambon atas dasar kemudahan monopoli rempah-rempah. Ia
berencana memindahkan kekuasaan ke Jayakarta karena dipandang lebih strategis
dan berada dijalur perdagangan Asia.
Berikut ini
beberapa nama-nama Gubernur Jendral setelah Pieter Both :
1614-1615 Gerard Reynst
1616-1619 Laurens Reaal
1619-1623 Jan Pieterszoon Coen
1623-1627 Pieter Carpentier
1627-1629 Jan Pieterszoon Coen
1629-1632 Jacques Specx
1632-1636 Hendrik Brouwer
1636-1645 Antonio van Diemen
1645-1650 Cornelis van der Lijn
1650-1653 Carel Reyniersz
1653-1678 Joan Maetsuycker
1678-1681 Rijcklof van Goens
1681-1684 Cornelis Speelman
1684-1691 Johannes Camphuys
1691-1704 Willem van Outhoorn
1704-1709 Joan van Hoorn
1709-1713 Abraham van Riebeeck
1713-1718 Christoffel van Swoll
1718-1725 Hendrick Zwaardecroon
1725-1729 Mattheus de Haan
1729-1731 Diederik Durven
1732-1735 Dirk van Cloon
1735-1737 Abraham Patras
1737-1741 Adriaan Valckenier
1741-1743 Johannes Thedens (waarnemend)
1743-1750 Gustaaf Willem Baron van Imhoff
1750-1761 Jacob Mossel
1761-1775 Petrus Albertus van der Parra
1775-1777 Jeremias van Riemsdijk
1777-1780 Reinier de Klerk
1780-1796 Willem Arnold Alting
1616-1619 Laurens Reaal
1619-1623 Jan Pieterszoon Coen
1623-1627 Pieter Carpentier
1627-1629 Jan Pieterszoon Coen
1629-1632 Jacques Specx
1632-1636 Hendrik Brouwer
1636-1645 Antonio van Diemen
1645-1650 Cornelis van der Lijn
1650-1653 Carel Reyniersz
1653-1678 Joan Maetsuycker
1678-1681 Rijcklof van Goens
1681-1684 Cornelis Speelman
1684-1691 Johannes Camphuys
1691-1704 Willem van Outhoorn
1704-1709 Joan van Hoorn
1709-1713 Abraham van Riebeeck
1713-1718 Christoffel van Swoll
1718-1725 Hendrick Zwaardecroon
1725-1729 Mattheus de Haan
1729-1731 Diederik Durven
1732-1735 Dirk van Cloon
1735-1737 Abraham Patras
1737-1741 Adriaan Valckenier
1741-1743 Johannes Thedens (waarnemend)
1743-1750 Gustaaf Willem Baron van Imhoff
1750-1761 Jacob Mossel
1761-1775 Petrus Albertus van der Parra
1775-1777 Jeremias van Riemsdijk
1777-1780 Reinier de Klerk
1780-1796 Willem Arnold Alting
2.4. Politik Ekonomi VOC
Usaha VOC
untuk mendapatkan untung yang sebesar-besarnya adalah melalui monopoli perdagangan.
Untuk itu VOC menerapkan beberapa aturan dalam melaksanakan monopoli
perdagangan antara lain :
1. Verplichhte Leverantie
Verplichhte Leverantie yaitu penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang
telah ditetapkan oleh VOC. Peraturan ini melarang rakyat untuk menjual hasil
bumi kepada pedagang lain selain VOC.
2. Contingenten
Contingenten yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil
bumi.
3. Ektripasi
Ektripasi yaitu hak VOC untuk menebang tanaman rempah-rempah agar tidak
terjadi kelebihan produksi yang dapat menyebabkan harga merosot.
4. Pelayaran Hongi
Pelayaran Hongi yaitu pelayran dengan menggunakan prahu kora-kora untuk
mengawasi pelaksanaan perdagangan VOC dan menindak pelanggarnya.
2.5. Sistem Birokrasi VOC
Untuk
memerintah wilayah-wilayah di Indonesia, VOC mengangkat seorang gubernur
jendral yang dibantu oleh empat orang anggota yang disebut Raad van Indie
(dewan India). Dibawah gubernur jendral ada gubernur yang memimpin suatu
daerah, serta dibawah gubernur ada residen yang dibantu oleh asisten residen.
Beberapa gubernur jendral VOC yang dianggap berhasil mengembangkan usaha dagang
dan kolonisasi di Indonesia:
a.
Jaan Pieterszoon Coen ( 1619-1629 )
b.
Antonio van Diemen ( 1636-1645 )
c.
Joan Maetsycker ( 1653-1678 )
d.
Cornelis Speelman ( 1681-1684 )
Dalam melaksanakan sistem pemerintahan VOC menerapkan sistem pemerintahan tidak langsung dengan memanfaatkan sistem feodalisme yang sudah berkembang di Indonesia.
2.6. Reaksi dan Perlawanan Kerajaan-kerajaan Islam terhadap
VOC
1. Mataram menghadapi VOC (1628-1629)
Sultan Agung (1613-1645) adalah raja
terbesar Mataram yang bercita-cita: (1) mempersatukan seluruh Jawa di bawah
Mataram, dan (2) mengusir Kompeni (VOC) dari Pulau Jawa. Untuk merealisir
cita-citanya, ia bermaksud membendung usaha-usaha Kompeni menjalankan penetrasi
politik dan monopoli perdagangan.
Pada tanggal 18 Agustus 1618, kantor
dagang VOC di Jepara diserbu oleh Mataram. Serbuan ini merupakan reaksi pertama
yang dilakukan oleh Mataram terhadap VOC. Pihak VOC kemudian melakukan balasan
dengan menghantam pertahanan Mataram yang ada di Jepara. Sejak itu, sering
terjadi perlawanan antara keduanya, bahkan Sultan Agung berketetapan untuk
mengusir Kompeni dari Batavia.
Serangan besar-besaran terhadap
Batavia, dilancarkan dua kali. Serangan pertama, pada bulan Agustus 1628 dan
dilakukan dalam dua gelombang. Gelombang I di bawah pimpinan Baurekso dan
Dipati Ukur, sedangkan gelombang II di bawah pimpinan Sura Agul-Agul,
Manduraredja, dan Upasanta. Batavia dikepung dari darat dan laut selama tiga
bulan, tetapi tidak menyerah. Bahkan sebaliknya, tentara Mataram akhirnya
terpukul mundur. Perlawanan pertama mengalami kegagalan disebabkan :
a. Kondisi
pasukan Mataram yang kelelahan
b. Terserang
penyakit
Perlawanan rakyat Mataram kedua terhadap VOC di
Batavia dilaksanakan tahun 1629. Sultan Agung menyerang Batavia untuk
kedua kalinya yang dipimpin oleh Dipati
Puger dan Dipati Purbaya. Pasukan Mataram berusaha membendung sungai
Citarum yang melewati kota Batavia. Pembendungan itu pun bermaksud agar VOC di
Batavia kekurangan air dan mudah kelelahan. Strategi ini ternyata cukup efektif,
terbukti bangsa Belanda kekurangan air dan terjangkit wabah penyakit malaria
dan kolera yang sangat membahayakan jiwa manusia.
Perlawanan pasukan Mataram yang kedua terpaksa
mengalami kegagalan lagi karena :
a.
Kalah persenjataan.
b.
Kekurangan persediaan makanan,
karena lumbung-lumbung persediaan makanan yang dipersiapkan di Tegal, Cirebon,
dan Kerawang telah dimusnahkan oleh Kompeni.
b.
Jarak Mataram - Batavia terlalu
jauh.
c.
Datanglah musim penghujan, sehingga
taktik Sultan Agung untuk membendung sungai Ciliwung gagal.
d.
Terjangkitnya wabah penyakit yang
menyerang prajurit Mataram.
Hubungan antara VOC dan Mataram
hingga meninggalnya Sultan Agung pada tahun 1645 tidak mengalami perbaikan.
2. Banten menghadapi VOC (1651-1682)
Pertentangan antara banten dengan
VOC diawali Pada tahun 1619 J.P Coen berhasil merebut Jayakarta. VOC yang
berpusat di Batavia ingin menguasai Selat Sunda, karena Selat Sunda merupakan
daerah perdagangan Banten yang sangat penting, langkah Belanda ditentang terus
oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Perlawanan Banten meningkat setelah Sultan
Ageng Tirtayasa naik tahta pada tahun 1651.
Untuk melemahkan kerajaan
banten VOC melakukan politik
"devide et impera". Pada tahun 1671 Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat
putra mahkota (dikenal dengan sebutan Sultan Haji karena pernah naik haji)
sebagai pembantu yang mengurusi urusan dalam negeri, sedangkan urusan luar
negeri dipercayakan kepada Pangeran Purboyo ( adik Sultan Haji). Atas hasutan
VOC, Sultan Haji mencurigai ayahnya dan menyatakan bahwa ayahnya ingin
mengangkat Pangeran Purboyo sebagai raja Banten. Pada tahun 1680, Sultan Haji
berusaha merebut kekuasaan, sehingga terjadilah perang terbuka antara Sultan
Haji yang dibantu VOC melawan Sultan Ageng Tirtayasa (ayahnya) yang dibantu
Pangeran Purboyo. Sultan Ageng Tirtayasa dan Pangeran Purboyo terdesak ke luar
kota, dan akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa berhasil di tawan oleh VOC, sedangkan
Pangeran Purboyo mengundurkan diri ke daerah Priangan. Pada tahun 1682 Sultan
Haji dipaksa oleh VOC untuk menandatangani suatu perjanjian yang isinya :
a.
VOC mendapat hak monopoli dagang di Banten dan daerah
pengaruhnya.
b.
Banten dilarang berdagang di Maluku.
c.
Banten melepaskan haknya atas Cirebon.
d.
Sungai Cisadane menjadi batas wilayah Banten dengan
VOC.
3. Makasar menghadapi VOC (1666-1667)
Pada abad
ke-17 di Sulawesi Selatan telah muncul beberapa kerajaan kecil seperti Gowa,
Tello, Sopeng, dan Bone. Di antara kerajaan tersebut yang muncul menjadi
kerajaan yang paling kuat ialah Gowa, yang lebih dikenal dengan nama Makasar yang
mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin antara
tahun 1654 - 1669.
Kerajaan
Makasar menjadi pesaing berat bagi kompeni VOC pelayaran dan perdagangan di
wilayah Indonesia Timur. Persaingan dagang tersebut terasa semakin berat untuk
VOC sehingga VOC berpura-pura ingin membangun hubungan baik dan saling
menguntungkan. Upaya VOC yang sepertinya terlihat baik ini disambut baik oleh
Raja Gowa dan kemudian VOC diizinkan berdagang secara bebas. Setelah
mendapatkan kesempatan berdagang dan mendapatkan pengaruh di Makasar, VOC mulai
menunjukkan perilaku dan niat utamanya, yaitu mulai mengajukan tuntutan kepada
Sultan Hasanuddin.
Tuntutan VOC
terhadap Makasar ditentang oleh Sultan Hasanudin dalam bentuk perlawanan dan
penolakan semua bentuk isi tuntutan yang diajukan oleh VOC. Oleh karena itu,
kompeni selalu berusaha mencari jalan untuk menghancurkan Makassar sehingga
terjadilah beberapa kali pertempuran antara rakyat Makassar melawan VOC.
Pertempuran
pertama terjadi pada tahun 1633 dan pertempuran kedua terjadi pada tahun 1654.
Kedua pertempuran tersebut diawali dengan perilaku VOC yang berusaha
menghalang-halangi pedagang yang masuk maupun keluar Pelabuhan Makasar. Dua
kali upaya VOC tersebut mengalami kegagalan karena pelaut Makasar memberikan
perlawanan sengit terhadap kompeni. Pertempuran ketiga terjadi tahun 1666 -
1667 dalam bentuk perang besar. Ketika VOC menyerbu Makasar, pasukan kompeni
dibantu oleh pasukan Raja Bone (Aru Palaka) dan Pasukan Kapten Yonker dari
Ambon. Pasukan angkatan laut VOC, yang dipimpin oleh Speelman, menyerang
pelabuhan Makasar dari laut, sedangkan pasukan Aru Palaka mendarat di Bonthain
dan berhasil mendorong suku Bugis agar melakukan pemberontakan terhadap Sultan
Hasanudin serta melakukan penyerbuan ke Makasar.
Peperangan
berlangsung seru dan cukup lama, tetapi pada saat itu Kota Makassar masih dapat
dipertahankan oleh Sultan Hasanudin. Pada akhir kesempatan itu, Sultan
Hasanudin terdesak dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian perdamaian di
Desa Bongaya pada tahun 1667.
Perlawanan
rakyat Makasar akhirnya mengalami kegagalan. Salah satu faktor penyebab
kegagalan rakyat Makasar adalah keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap
Sultan Hasanudin dengan Aru Palaka. Perlawanan rakyat Makasar selanjutnya dilakukan
dalam bentuk lain, seperti membantu Trunojoyo dan rakyat Banten setiap
melakukan perlawanan terhadap VOC.
Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian
Bongaya pada tanggal 18 November 1667, yang isinya :
1.
Wilayah Makasar terbatas pada Goa, wilayah Bone
dikembalikan kepada Aru Palaka.
2.
Kapal Makasar dilarang berlayar tanpa izin VOC.
3.
Makasar tertutup untuk semua bangsa, kecuali VOC
dengan hak monopolinya.
4.
Semua benteng harus dihancurkan, kecuali satu benteng
Ujung Pandang yang kemudian diganti dengan nama Benteng Roterrdam.
5.
Makasar harus mengganti kerugian perang sebesar
250.000 ringgit.
4. Maluku menghadapi VOC (1605-1675)
Pada tahun
1605 Belanda mulai memasuki wilayah Maluku dan berhasil merebut benteng
Portugis di Ambon. Praktik monopoli dengan sistem pelayaran hongi menimbulkan
kesengsaran rakyat. Pada tahun 1635 muncul perlawanan rakyat Maluku terhadap
VOC di bawah pimpinan Kakiali, Kapten Hitu. Perlawanan segera meluas ke
berbagai daerah. Oleh karena kedudukan VOC terancam, maka Gubernur Jederal Van
Diemen dari Batavia dua kali datang ke Maluku (1637 dan 1638) untuk menegakkan
kekuasaan Kompeni. Untuk mematahkan perlawanan rakyat Maluku, Kompeni
menjanjikan akan memberikan hadiah besar kepada siapa saja yang dapat membunuh
Kakiali. Akhirnya seorang pengkhianat berhasil membunuh Kakiali pada tahun 1643.
Dengan
gugurnya Kakiali, untuk sementara Belanda berhasil mematahkan perlawanan rakyat
Maluku, sebab setelah itu muncul lagi perlawanan sengit dari orang-orang Hitu
di bawah pimpinan Telukabesi. Perlawanan ini baru dapat dipadamkan pada tahun
1646. Pada tahun 1650 muncul perlawanan di Ambon yang dipimpin oleh Saidi.
Perlawanan meluas ke daerah lain, seperti Seram, Maluku, dan Saparua. Pihak
Belanda agak terdesak, kemudian minta bantuan ke Batavia. Pada bulan Juli 1655
bala bantuan datang di bawah pimpinan Vlaming van Oasthoom dan terjadilah
pertempuran sengit di Howamohel. Pasukan rakyat terdesak, Saidi tertangkap dan
dihukum mati, maka patahlah perlawanan rakyat Maluku.
Selanjutnya
Sultan Ternate yang syah harus membuat suatu perjanjian baru di mana Sultan
Ternate tidak perlu lagi menempatkan walikotanya di Kepulauan Ambon karena akan
diurus oleh Kompeni sendiri. Kompeni mengajukan permintaan agar sultan-sultan
Ternate dan Tidore mendapat kompensasi dengan diberi uang setiap tahun. Tetapi
Kompeni minta agar di daerah kerajaan tidak menanam pohon-pohon rempah-rempah.
Engan demikian maka Kompeni tidak perlu khawatir akan adanya perdagangan gelap
rempah-rempah di bagian utara bagian Maluku, karena di daerah itu tidak lagi
ditanami pohon-pohon rempah.
Tetapi
semasa pemerintahan Sultan Amsterdam tahun 1675, timbul lagi perlawanan terhadap
Kompeni yang ada di bawah Gubernurnya yang bernama Padbrugge. Perlawanan rakyat
dilakukan dengan cara Geriliya dari daerah Jailolo. Perlawanan itu tidak
berhasil dan Sultan Amsterdam terpaksa menyerahkan diri dan kemudian dibuan ke
Batavia. Dengan demikian maka usaha VOC menegakan monopoli perdagangan
rempah-rempah di daerah Maluku berhasil. Hal itu berarti pula VOC berhasil
menanamkan penguasaan politik kolonialnya di daerah Maluku.
5. Aceh menghadapi VOC (1602)
Usaha VOC
untuk berdagang dan menguasai pelabuhan-pelabuhan penting di Aceh tidak
berhasil, karena Sultan Iskandar Muda cukup tegas. Ia selalu mempersulit
orang-orang barat untuk berdagang di wilayahnya.
Pada tahun
1602, Inggris dan Belanda minta ijin untuk berdagang di wilayah Aceh. Sultan
Iskandar Muda menegaskan bahwa ia hanya akan memberi ijin kepada salah satu di
antara keduanya dengan syarat ijin diberikan kepada yang memberi keuntungan
kepada Kerajaan Aceh.
Karena merasa
kesulitan mendapatkan ijin berdagang, maka para pedagang Inggris dan Belanda
mencoba melaksanakan perdagangan Inggris dan Belanda mencoba melaksanakan
perdagangan gelap atau penyelundupan. Usaha itupun tidak berhasil, karena
armada Aceh selalu siaga menjaga setiap pelabuhan di wilayahnya.
Pada akhir
pemerintahan Sultan Iskandar muda, Aceh mulai surut. Hal itu akibat kekalahan Perlawanan Aceh terhadap Portugis di Malaka.
Oleh karena itu, Aceh membutuhkan banyak biaya untuk membangun armadanya
kembali. Maka dengan sangat terpaksa, Aceh memberi ijin kepada VOC untuk
berdagang di wilayahnya. Dalam pelaksanaannya, VOC tetap mengalami kesulitan.
Pada tahun 1641 VOC merebut Malaka dari tangan Portugis. Sejak itu VOC berperan
penting di Selat Malaka. Akibatnya peranan Aceh di selat tersebut makin
berkurang
2.7. Berakhirnya Kekuasaan Voc di
Indonesia
Pemerintah Belanda akhirnya
memutuskan untuk membubarkan VOC pada tanggal 31 Desember 1799. Sebab
Jatuhnya VOC antara lain:
1. Sistem Monopoli VOC dengan Akibat-Akibat yang
Merugikan
Tujuan
Monopoli dagang ini adalah untuk memperoleh keuntungan sebanyak mngkin dari
perdagangan dan tidak memperhatikan kehidupn atau membuat kebaikan terhadap
orang-orang pribumi. Akibatnya penduduk pribumi menjadi sangat miskin dan
bodoh. Mereka tidak dapat membeli barang-barang produksi yang dijual oleh
Belanda.
Beberapa kebijakan Belanda yang
meyebabkan orang-orang Indonesia terus miskin :
a.
Membeli murah, menjual mahal
Belanda selalu membeli hasil bumi orang-orang
Indonesia dengan harga murah, sedangkan bahan-bahan makanan, kain dan
barang-barang lainya dijual mahal kepada penduduk.
b.
Menjaga jumlah barang yang dimonopoli
Peraturan ini dijalankan supaya harga barang-barang
tidak merosot. Jika permintaan tinggi, maka pengeluaran dilebihkan dengan
syarat harganya tidak jatuh. Biasanya hasil yang berlebihan dengan menebang dan
memusnahkan pohon-pohon, membakar atau mengubur hasil-hasil yang berlebihan itu
supaya harganya tetap tinggi.
c.
Kerja paksa, peyelundupan dan perompakan di laut
Agar bisa mengontrol secara ketat terhadap hasil yang
berlebihan serta memperoleh tenaga yang murah, maka Belanda melakukan kerja
paksa. Kerja paksa yang berlebihan meyebabkan para petani itu masih meyediakan
makananya sendiri, namun juga pernah menerima rangsum dari pemerintah Belanda.
Monopoli Belanda ini juga menyebabkan terjadinya peyelunduban dan perompakan
laut.
d.
Menjaga monopoli terhadap tanaman-tanaman
Disamping menjaga stok barang, Belanda juga menjaga
tanaman-tanaman agar hasilnya tidak melebihi permintaan pasar,terutama tanaman
rempah-rempah di Maluku, gula di Jawa dan lada dari Aceh. Untuk menjaga tanaman
rempah-rempah di Maluku, Belanda melakukn pelayara Hongi yaitu pelayaran
bersenjata untuk memusnahkan tanaman rempah-rempah yang dianggap melanggar
peraturan. Pengawasan yang dilakukan Belanda ini membutuhkan biaya mahal dan
juga menimbulkan dendam dari penduduk yang dirusak tanamanya, akibatnya VOC
sekali lagi mengalami kerugian.
2. Cara Kerja yang tidak efektif dan efesien
Pada mulanya VOC itu dimaksutkan sebagai bada
perdagangan semata-mata. Tetapi setelah VOC itu berubah menjadi badan
pemerintah, maka anggaran pemerintahan atas seluruh wilayah kekuasaannya
melebihi keuntungan yang diperoleh. Pegawai-pegawai yang diangkat berdasarkan
keinginan VOC dan tidak sesuai profesinya ini hanya diberi gaji kecil.
Akibatnya terjadilah perdagangan pribadi dari pegawai yang paling rendah hingga
Gubernur Jendral.
Sementara itu perlawanan dari rakyat Indonesia tidak
ada heni-hentinya mlai dari perlawanan Sultan Agung, Sultan Hasanudin,
Trunajaya, Sultan Ageng, Untung Surapati, Raden Mas Said, dan Pangeran
Mangkubumi menyebabkan kas VOC semakin berkurang. Namun gaji yang rendah juga
mendorong terjadinya korupsi besar-besaran sehingga keuntungan VOC semakin
habis.
Ada beberapa cara pegawai VOC untuk memperkaya diri,
yaitu
a.
Karena jabatan-jabatan dapat dibeli maka para pegawai
VOC dapat megang lebih dari satu.
b.
Para pegawai VOC menjual barang-barang kepada VOC dengan
harga yang lebih tinggi.
c.
Mereka mencuri barang-barang dari gudang VOC dan
membaginya kepada sesama pegawai VOC.
d.
Sewaktu ingin mengirim barang, timbangan-timbangan
dilakukan secara tidak betul sehingga terjadi sisa barang yang kemudian
dijadikan milik pribadi.
e.
Mereka mempergunakan kemudahan-kemudahan VOC untuk menjalankan
perdagangan pribadi.
3. Saingan Perdagangan
Mula-mulanya
Belanda menghadapi persaingan Portugis dan Inggris. Perdagangan Portugia
akhirnya dapat dilumpuhkan. Sedangkan Inggris yang awalnya dapat didesak, namun
karena menguasai jalur perdagangan Selat Malaka, maka akhirnya justru menjadi
persaingan Belanda yang utama dari Eropa. Disamping Inggris, orang-orang Bugis
dengan pusat perdaganganya di Riau juga menjadi saingan yang hebat terhadap
perdagangan Belanda. Pertempuran-pertempuran laut antara Inggris-Belanda dan
Perancis dalam tahun 1780-1783 semakin berat beban keuangan yang ditanggung
Belanda.
4. Kemerosotan Perdagangan VOC
Kemerosotan
ini tentu saja disebabkan oleh saingan-saingan dari perdagangan-perdagangan
lain dan juga sebagai akibat dari keburukan sistem monopoli VOC. Sementara itu barang-barang
impor yang dimasukan Belanda ke Indonesia, seperti kain, yang diharapkan akan
dijual teryata rakyat tidak mampu membelinya. Akibatnya, perdagangan Belanda
semakin kecil sementara kekuasaan politik mereka semakin bertambah besar.
5. Besarnya Biaya untuk Menghadapi Perlawanan-perlawanan
Rakyat
Keuntungan
yang semakin berkurang dan biaya pemerintahan yang semakin bertambah, ditambah
lagi VOC harus menghadapi perlawanan-perlawanan yang dilakukan bangsa
Indonesia. Peperangan dengan Mataram, Banten, Makasar, bahkan campur tangan
Belanda dalam perang perebutan tahta di Mataram sampai tiga kali,terutama
perang melawan raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi menelan biaya banyak.
6. Pembagian Keuntungan yang Mengecewakan terhadap
Pemegang Saham
Dalam
membagi keuntungan kepada para pemegang saham dalam kongsi dagang Belanda itu
berlangsung secara tidak transparan. Dalam pembagian keuntungan itu, kadang VOC
memberi keuntungan 50 % dari modalnya. Dalm tahun-tahun apabila VOC mendapat
sedikit keuntungan, para pemegang saham itu jusru tidak diberi apa-apa. Teryata
dengan memberikan keuntungan yang besar pada saat VOC merugi mengakibatkan
hutang VOC semakin besar.
7. Perang Inggris-Belanda dan Perancis 1780-1784
Permusuhan
Inggris-Belanda dan Perancis dalam tahun 1780-1784 teryta merupakan pukulan
yang terakhir terhadap keuangan VOC. Peragangan Belanda terhenti di semua
kawasan akibat pengepungan Angkatan Laut Inggris yang sangat kuat, bahkan VOC
terblokade. Sebagai akibat pula, maka dana yang dikeluarkan untuk menghadapi
Inggris itu terlampau besar untuk ditanggung oleh kongsi dagan yang sedang
paiili itu.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kedatangan
Belanda pertama kali ke Indonesia oleh Cornelis de Houtman di Banten pada tahun
1596 mengalami kegagalan karena mendapat perlawanan dari rakyat, kemudian
ekspedisi kedua Belanda di bawah pimpinan Jacob van Neck berhasil mendarat di
Banten pada 1598. Mulai dari sanalah penjajahan di Indonesia berawal.
Adanya
persaingan dagang antar sesama pengusaha Belanda memaksa Tuan-tuan Tujuh Belas
(Heeren Zeventein) membentuk Kongsi Dagang Belanda yang diberi nama VOC
(Vereenigde Oost-Indische Compagnie). Kongsi Dagang tersebut dipimpin oleh
Gubernur Jenderal yang dipilih oleh Tuan-tuan Tujuh Belas.
VOC
sangatlah penting bagi pemerintahan Belanda, sehingga VOC mempunyai hak-hak
istimewa (hak oktroi) yang mana salah satunya VOC berhak memonopoli prdagangan
di Nusantara, sehingga mengakibatkan rakyat menderita. Kedudukan VOC yang
mulanya semata-mata hanya merupakan kongsi dagang kemudian diberi hak istemewa
oleh Belanda mengakibatkan VOC harus mengeluarkan biaya lebih. Hal inilah yang
mengakibatkan VOC menjadi runtuh, selain itu juga perlawanan dari rakyat
Indonesia dan gaji pengawai yang rendah yang mengakibatkan terjadinya korupsi
juga mendorong runtuhnya VOC.
e.
Referensi
ü Nugroho
Notosusanto.1984.Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: PT. Balai Pustaka
ü M.C
Ricklefs.2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta
ü Rz. Leirissa
dkk. Sejarah Perekonomian Indonesia
ü Sartono
Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 (dari
Emporium-Imperium)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar